Jumat, 31 Mei 2013

MANUSIA DAN KEINDAHAN


Pengertian Dari Keindahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di jam (waktu) yang sepatutnya." Dapat disimpulkan pengertian keindahan adalah sudut pandang  dari  keadaan yang enak untuk dipandang karena cantik, bagus benar, elok atau sempurna.

Perbedaan Antara Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak Dan Sebagai Sebuah Banda Tertentu Yang Indah
Menurut materinya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah banda tertentu yang indah. Keindahan bernilai abstrak karena tidak bersifat tertutup, misalnya keindahan alam ini sangat beraneka ragam, unik dan abstrak tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Keindahan itu sangat luas mencakup seluruh bidang kehidupan dimuka bumi ini, Berkualitas abstrak merupakan suatu persepsi pecinta seni yang tiada batas dalam menuangkan pikiran kedalam sebuah kanfas dan dapat menjadikan hasil lukisan itu sebuah banda tertentu yang indah. Keindahan dunia ini sungguh banyak, mulai dari keindahan pantai, pegunungan, lembah, pemandangan bawah laut dan masih banyak lagi. Semua keindahan itu harus kita syukuri, pelihara, lindungi dan lestarikan agar dapat berkesinambungan bagi generasi  penerus dunia ini dikemudian harinya dan menjadi sebuah banda tertentu yang indah.

Keindahan yang Seluas-Luasnya
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah, tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya ‘syimmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi:
-          Keindahan Seni
-          Keindahan Alam
-          Keindahan Moral
-          Keindahan Intelektual
Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
a.       keindahan dalam arti luas
b.      keindahan dalam arti estetis murni
c.       keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan

a)      Keindahan Dalam Arti Luas
Ialah merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual
b)      Keindahan Menurut Estetis Murni
Ialah tentang menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. (berdasarkan penglihatan, harmoni dalam pendengaran).
c)      Keindahan Dalam Arti Sempit atau Terbatas
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
a.       Menurut The Liang Gie keindahan adalah ide kebaikan
b.      Menurut Pluto watak yang indah dan hukum yang indah. Selain itu Ia percaya bahwa ukuran kecantikan itu terstruktur dan terkait dengan kecerdasan. Keindahan adalah kesimetrian dan kerapihan. Plato juga percaya bahwa keindahan adalah elemen dasar dalam berbagai hal. keindahan relatif hanya ada dalam perbandingan dengan hal-hal yang buruk. Plato berpikir bahwa keberadaan keindahan ditentukan dari pertimbangan seluruh objek.
c.       Menurut Aristoteles (384-322 SM) merumuskan bahwa keindahan adalah sesuatu yang baik dan menyenangkan. Ia juga percaya bahwa tidak ada keindahan yang mutlak. Keindahan yang ada sebenarnya didasarkan pada persepsi masing-masing individu. Sebagai istilah umum, keindahan dirasakan orang-orang Yunani sebagai dipertukarkan suatu hal dengan keunggulan, kesempurnaan, dan kepuasan.
d.      John Keats (31 Oktober 1795-23 Februari 1821) mengatakan, “Sesuatu yang indah adalah keriangan selama-lamanya. Kemolekannya akan terus bertambah dan tidak akan pernah berlalu hingga sampai pada ketiadaan” Dari sajak tersebut, Keats berusaha untuk menjabarkan bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itulah Keats tidak berbicara langsung mengenai keindahan, melainkan melalui sesuatu yang indah. Hal tersebut selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Thomas Aquinos (1225-1274), seorang filsuf dan teolog dari italia yang terkenal. Beliau mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan jika dilihat.
e.       Socrates (470 SM – 399 SM), seorang filsuf terkenal dari Athena, mengatakan bahwa seseorang akan merasakan kenikmatan dari benda-benda yang indah secara intrinsik. Ia akan merasa senang dalam bentuk geometris sederhana, satu warna, dan not balok.
f.       Menurut Plotinus, keindahan itu digambarkan sebagai suatu pengalaman “kegembiraan atau keceriaan”. Ia percaya bahwa keindahan tidak termasuk sesuatu yang simetri, namun, “keindahan adalah sesuatu yang lebih irradiates simetri, daripada simetri itu sendiri.”
g.      Menurut Addison datang pada permulaan abad 18 dengan pernyataan bahwa “Rasa ada, bukan untuk menyesuaikan diri dengan seni, tapi justru keberadaan seni itu sendiri adalah untuk sebuah rasa (taste).” Keindahan bukan lagi konsep utama dalam estetika. Sekarang sudah ada faktor lain yang terlibat di dalamnya, pada dasarnya hal ini disebut sebagai persepsi estetika.
h.      Alexander Nehamas menyatakan bahwa, “Keindahan adalah gagasan filosofis yang paling didiskreditkan, sangat didiskreditkan sehingga aku bahkan tidak bisa menemukan kata ini dalam indeks-indeks dari sekian banyak buku filsafat seni, hingga aku harus berkonsultasi untuk menemukan arti keindahan itu sendiri.” Keindahan yang Alexander maksudkan cenderung lebih mengarah ke ciri-ciri masing-masing hal pada waktu yang sama dan memerlukan perbandingan pada waktu yang sama pula.
i.        Menurut Leo Tolstoy pujangga RusiaKeindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa sedang bagi yang melihatnya.
j.        Menurut Humo, pujangga inggris keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang.
k.      Menurut Hamsterhuis, pujangga belanda keindahan adalah sesuatu yang paling banyak mendatangkan rasa senang.
l.        Menurut Baumgarten, pujangga Jerman Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan lainnya.
m.    Menurut shaftesbury, pujangga Jerman keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis.
n.      Menurut Emmanuel Kant Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya.
o.      Menurut Herbet Read keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
p.      Menurut Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual
Dalam buku AN Essay on Man (1954), Ems Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa pemah selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata :
A thing of beuty is a joy forever
its loveliness iscreases; it wil never pass into nothingness
Dia mengatakan bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama lamanya, kemolekannya bertambah dan tidak pemah berlalu ke ketiadaan. Dalam sajak di atas,  keatas mengambil bahannya dari Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno. Endymion dalam mitologi itu sendiri memaparkan penjabaran dari konsep keindahan pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang gembala yang oleh pars dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya tidur, dan tidak pemah diganggu oleh siapapun. Menurut Keats, orang yang mempunyai konsep keindahan hanya tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai negatif capability, yaitu kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya pikiran dan hatinya yang selalu diliputi keresahan.

Nilai Estetik
Dalam teori umum tentang nilai, The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomis, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Masalahnya sekarang ialah apakah nilai estetik itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences diberikan perumusan tentang nilai yang lebih terinci lagi sebagai berikut :
“The believed capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any object which causes it to be on interest to an individual or a group”.
Artinya : Kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan.
Menurut kamus itu selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.

Perbedaan  Nilai Ekstrinsik dan Nilai Instrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value),  yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda ini sendiri.
Contoh :
1.      Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai instrinsik.
2.      Tari,  tarian Damarwulan-minakjinggo suatu Larian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya. Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.

Pengertian Tentang Kontemplasi Dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
  Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, karena derajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan karya seni itu indah, tetapi orang lain mengatakan karya seni itu tidak/kurang indah, karena selera seni berlainan.

Renungan
Renungan adalah hasil dari merenung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  'renung' atau 'merenung' memunyai dua arti: memandang atau diam sambil memikirkan sesuatu. Renungan bermanfat bagi diri sendiri untuk intropeksi diri sendiri agar dapat mengetahui kesalahan dan kekurangan dalam diri kita sendiri. Tujuanya agar kelak suatu saat nanti menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya dan berguna bagi lingkungan sosial

 Teori-Teori dalam Renungan
a.        Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “Aesthetic as Science of Expression and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “Art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individuil yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).
b.      Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita kehidupan duniawi.
c.       Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedangkan  karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperanan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan sehari-hari, kelebihan tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan rangkaian permainan yang imaginatif dan kegiatan yang akhirnya menghasilkan karya seni. Teori permainan tentang seni tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik. Keberatan pokok yang dapat diajukan ialah bahwa permainan merupakan suatu kreasi, padahal seni adalah kegiatan yang serius dan pada dasarnya kreatif.

Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Berikut ini merupakan teori-teori dari keserasian yaitu:
a.       TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
b.      TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar