Jumat, 31 Mei 2013

MANUSIA DAN PENDERITAAN



MANUSIA DAN PENDERITAAN
Apakah diantara kita semua ada yang ingin merasakan penderitaan? Jawabannya mayoritas  pasti tidak ada seorang pun yang ingin merasakan penderitaan. Penderitaan adalah menangggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan berakibat kepada lahir dan batin. Tidak ada manusia yang ingin mengalami penderitaan karena akan berakibat fatal. Manusia ingin hidup dengan penuh kedamaian, tentram, harmonis, bahagia, dan tanpa suatu masalah atau beban hidup apapun. Meskipun begitu, setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya penderitaan, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Ini lah kehidupan, selalu ada saja problematika yang kita alami nyata sehari-hari, entah masalah kecil atau masalah agak rumit kompleksitasnya dan tidak pernah berjalan dengan baik sesuai harapan yang kita inginkan.
Penderitaan yang dialami manusia bermacam-macam kompleksitasnya. Contoh riilnya adalah penderitaan yang dialami oleh korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal dan harta benda, karena telah terendam semua oleh luapan lumpur bercampur kandungan gas. Desa yang dulu didiami oleh ratusan jiwa penduduk, sekarang semuanya hilang  terendam ganasnya luapan lumpur. Betapa menderitanya dan sulitnya hidup mereka saat ini. Hidup di pengungsian dan menunggu uluran para dermawan, yang mereka punya saat ini hanyalah kebersamaan antar anggota keluarga dan tetangga.  Kita tak kan pernah tahu kapan penderitaan itu akan berakhir.

SIKSAAN
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan jamani dan rohani. Karena siksaan, maka timbulah penderitaan. Pada kehidupan nyata, siksaan banyak terjadi pada para pahlawan devisa Negara yaitu Tenaga Kerja Kerja (TKI) yang bekerja di Malaysia. Banyak media cetak atau bahkan berita televisi yang menyajikan berita mengenai siksaan yang didapatkan oleh para TKI yang dilakukan oleh majikannya sendiri. Diantaranya pemerkosaan, penganiyaan, bahkan pembunuhan, sebagai contoh siksaan yang di dapat oleh para TKI, karena siksaan tersebut para TKI mengalami penderitaaan, baik lahir maupun batin. Bahkan siksaan tersebut sampai menyebabkan kematian. Sebenarnya alasan penyiksaan tersebut sepele, hanya karena para TKI bekerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan majikannya. Sungguh ironi mendengar hal tersebut, karena mereka merupakan pahlawan devisa Negara ini
3 siksaan bersifat psikis:
1. Kebimbangan
Keraguan, kebimbangan, itu lah yang sering dialami manusia selama hidup. Banyak sekali hal yang dibimbangkan oleh manusia, dari hal kecil hingga besar. Misalnya kebimbangan dalam memilih pasangan hidup. Banyak yang masih bimbang dengan pilihannya tersebut, karena mereka ingin pasangan hidup satu untuk selamanya. Karena mereka bimbang dan terus menerus bimbang, mereka bisa merasa dirinya tersiksa karena kebimbangan tersebut.
2. Kesepian
Kesepian merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa sepi, merasa dirinya hanya sendiri tanpa ada orang lain. Bahkan terkadang seseorang tersebut merasa kesepian di tempat yang ramai. Disebabkan karena dalam diri kita tidak mempunyai pedoman hidup.
3. Ketakutan
Ketakutan dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Phobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Phobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Phobia biasanya terjadi karena kejadian masa lalu sehingga menyebabkan pengidap phobia takut atau bahkan jika bisa menghindari hal atau fenomena tersebut. Banyak orang  bahkan ahli medis yang memperdebatkan penyebab dari phobia. Kebanyakan phobia disebabkan oleh shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu. Ada dua aliran tentang penyebab phobia. Para ahli jiwa mengatakan bahwa phobia merupakan gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya, ahli-ahli yang merawat tingkah laku mempercayai bahwa suatu phobia adalah problemanya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Namun, kebanyak para ahli setuju bahwa ketegangan dan tekanan disebabkan oleh si penderita yang hidup dalam ketakutan secara terus menerus.

KEKALUTAN MENTAL
Kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang disebabkan ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi dan mengatasi persoalan dalam hidupnya. Gejala-gejala seseorang mengalami kekalutan mental:
1. Sering merasa pusing, sesak napas, nyeri pada dada dan nyeri pada lambung.
2. Pada kejiwaannya, sering merasa cemas, merasa takut, apatis (ketidakpedulian), cemburu, dan mudah marah.
Sebab-sebab terjadinya kekalutan mental:
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, sehingga menyebabkan sesorang tersebut merasa rendah diri.
2. Terjadinya konflik sosial akibat norma yang berbeda satu sama lain, sehingga seseorang tersebut tidak dapat menyesuaikan diri.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan.
Proses kekalutan mental:
1. Positif: trauma yang dialami secara baik dan menjadikannya sebagai usaha untuk tetap bertahan hidup.
2.Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan atau tidak ada usaha untuk bertahan atau untuk melawannya, hal tersebut akan menyebabkan seseorang menjadi frustasi. Bentuk frustasi:
  • Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali.
  • Regresi : kembali ke pola reakasi anak-anak, misalnya berteriak jika menginginkan sesuatu
  • Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama, misalnya membisu, membenturkan kepala ke benda keras.
  • Proyeksi: usaha melemparkan kelemahan sendiri ke orang lain.
  • Indentifikasi : menyamakan diri dengan orang yang sukses dalam imajinasinya.
  • Narsisme : mencintai diri sendiri secara berlebihan.
  • Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, merasa  puas dengan fantasinya sendiri.
Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan dapat dikatakan sebagai kodrat manusia. Dalam hidupnya pasti manusia pernah atau bahkan sedang merasakan penderitaan. Cara membebaskan diri dari penderitaan adalah melakukan perjuangan untuk bebas dari penderitaan. Berjuan melawan penderitaan untuk meneruska kelangsungan hidup. Kita hidup tidak boleh pesimis. Kita harus yakin, optimis, bahwa kita bisa berjuang melawan penderitaan. Manusia memiliki akal pikiran, akal pikiran tersebut yang harus digunakan dalam perjuangan melawan penderitaan, mencari jalan untuk keluar dari penderitaan.

PENDERITAAN, MEDIA MASSA, DAN SENIMAN
Penderitaan yang terjadi di seluruh dunia merupakan salah satu objek sasaran media massa untuk membuat berita, kemudian akan sampai ke seluruh penjuru masyarakat termasuk para seniman yang kemudian akan mengapresiasikan rasa simpatinya melalui karya seni. Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca atau penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Contohnya adalah film ‘Arie Hanggara’ dimana kisah penderitaan seorang anak yang akhirnya meninggal karena siksaan ayahnya. Film tersebut mendapat perhatian dari para penonton karena kisahnya yang begitu memilukan dan para penonton turut merasakan penderitaan yang dialami oleh Arie.
PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA
1. Penderitaan timbul akibat perbuatan buruk manusia
Penderitaan dapat muncul karena ulah manusia itu sendiri. Penderitaan bisa terjadi di dalam hubungan antar manusia satu dengan manusia lainnya. Penderitaan bisa disebut juga sebagai nasib buruk. Jika tidak ingin bernasib buruk, maka kita sebagai manusia janganlah memulai untuk melakukan suatu hal yang nantinya akan mengakibatkan penderitaan. Contohnya, ketika seseorang mencuri sebuah sepeda motor dan kemudian tertangkap dan terbukti telah mencuri, maka korban pencurian pastinya akan segera melapor ke pihak yang berwajib, dan si tersangka otomatis akan terjerat hukuman kurungan di penjara dalam waktu tertentu. Hal tersebut tentu sangat merugikan si tersangka. Coba saja si tersangka tidak mencuri, ia bisa melakukan hal lain dalam konteks ini hal yang positif untuk mencari uang, seperti berjualan atau mengandalkan kemampuan yang dia miliki dan bisa menghasilkan sesuatu dan bisa dipasarkan dan menghasilkan keuntungan. Maka karena itu marilah intropeksi diri dan mawas diri dalam bersosialisasi
2. Penderitaan timbul karena penyakit, siksaan, atau azab Tuhan
Tidak semua penderitaan muncul akibat ulah manusia, namun penderitaan bisa muncul karena memang sudah menjadi jalan Tuhan. Namun Tuhan memberikan hal tersebut bukan tanpa tujuan, Tuhan ingin melihat kesabaran kita dan ketawakalan kita, karena hidup yang kita jalani ini adalah suatu ujian yang Tuhan berikan kepada kita dan tinggal bagaimana kita menjalaninya.  Contohnya adalah kekurangan pada seseorang yang terlahir dengan tidak sempurna
(bisu). Seseorang tersebut tentunya dapat menempuh pendidikan di sekolah luar biasa karena keterbatasan yang dimiliki. Namun itu semua harus dihadapi dengan ikhlas, sabar dan tawakal yang telah ditakdirkan kepada kita sebagai umat-Nya.
Beda cerita jika seseorang terkena azab/laknat dari Tuhan Yang Maha Esa. Itu disebabkan karena kesalahan sangat fatal atau kelewat batas normal yang sudah dilakukan oleh segilintir orang karena perbuatannya sendiri.
PENGARUH PENDERITAAN
Pengaruh penderitaan dapat berdampak secara positif dan negatif. Sikap positif yaitu kita menghadapi penderitaan dengan optimis dan intropeksi diri, dengan optimis  kita  bias dan percaya  mampu melewatinya. Kita memperjuangkan diri untuk bebas dari penderitaan. Kita berusaha melawan segala sesuatu yang bisa membawa penderitaan, karena melawan penderitaan berarti memperjuangkan kelangsungan hidup. Sikap negatif seperti kita menyesal, merasa kecewa, putus asa, bahkan ingin mengakhiri hidup. Hal tersebutlah yang membawa dampak negatif karena tidak memiliki motivasi dalam perjuangan hidup karena merasa tidak mampu menghadapinya padahal sebenarnya mampu.

MANUSIA DAN KEINDAHAN


Pengertian Dari Keindahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di jam (waktu) yang sepatutnya." Dapat disimpulkan pengertian keindahan adalah sudut pandang  dari  keadaan yang enak untuk dipandang karena cantik, bagus benar, elok atau sempurna.

Perbedaan Antara Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak Dan Sebagai Sebuah Banda Tertentu Yang Indah
Menurut materinya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah banda tertentu yang indah. Keindahan bernilai abstrak karena tidak bersifat tertutup, misalnya keindahan alam ini sangat beraneka ragam, unik dan abstrak tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Keindahan itu sangat luas mencakup seluruh bidang kehidupan dimuka bumi ini, Berkualitas abstrak merupakan suatu persepsi pecinta seni yang tiada batas dalam menuangkan pikiran kedalam sebuah kanfas dan dapat menjadikan hasil lukisan itu sebuah banda tertentu yang indah. Keindahan dunia ini sungguh banyak, mulai dari keindahan pantai, pegunungan, lembah, pemandangan bawah laut dan masih banyak lagi. Semua keindahan itu harus kita syukuri, pelihara, lindungi dan lestarikan agar dapat berkesinambungan bagi generasi  penerus dunia ini dikemudian harinya dan menjadi sebuah banda tertentu yang indah.

Keindahan yang Seluas-Luasnya
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah, tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya ‘syimmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi:
-          Keindahan Seni
-          Keindahan Alam
-          Keindahan Moral
-          Keindahan Intelektual
Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
a.       keindahan dalam arti luas
b.      keindahan dalam arti estetis murni
c.       keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan

a)      Keindahan Dalam Arti Luas
Ialah merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual
b)      Keindahan Menurut Estetis Murni
Ialah tentang menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. (berdasarkan penglihatan, harmoni dalam pendengaran).
c)      Keindahan Dalam Arti Sempit atau Terbatas
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
a.       Menurut The Liang Gie keindahan adalah ide kebaikan
b.      Menurut Pluto watak yang indah dan hukum yang indah. Selain itu Ia percaya bahwa ukuran kecantikan itu terstruktur dan terkait dengan kecerdasan. Keindahan adalah kesimetrian dan kerapihan. Plato juga percaya bahwa keindahan adalah elemen dasar dalam berbagai hal. keindahan relatif hanya ada dalam perbandingan dengan hal-hal yang buruk. Plato berpikir bahwa keberadaan keindahan ditentukan dari pertimbangan seluruh objek.
c.       Menurut Aristoteles (384-322 SM) merumuskan bahwa keindahan adalah sesuatu yang baik dan menyenangkan. Ia juga percaya bahwa tidak ada keindahan yang mutlak. Keindahan yang ada sebenarnya didasarkan pada persepsi masing-masing individu. Sebagai istilah umum, keindahan dirasakan orang-orang Yunani sebagai dipertukarkan suatu hal dengan keunggulan, kesempurnaan, dan kepuasan.
d.      John Keats (31 Oktober 1795-23 Februari 1821) mengatakan, “Sesuatu yang indah adalah keriangan selama-lamanya. Kemolekannya akan terus bertambah dan tidak akan pernah berlalu hingga sampai pada ketiadaan” Dari sajak tersebut, Keats berusaha untuk menjabarkan bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itulah Keats tidak berbicara langsung mengenai keindahan, melainkan melalui sesuatu yang indah. Hal tersebut selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Thomas Aquinos (1225-1274), seorang filsuf dan teolog dari italia yang terkenal. Beliau mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan jika dilihat.
e.       Socrates (470 SM – 399 SM), seorang filsuf terkenal dari Athena, mengatakan bahwa seseorang akan merasakan kenikmatan dari benda-benda yang indah secara intrinsik. Ia akan merasa senang dalam bentuk geometris sederhana, satu warna, dan not balok.
f.       Menurut Plotinus, keindahan itu digambarkan sebagai suatu pengalaman “kegembiraan atau keceriaan”. Ia percaya bahwa keindahan tidak termasuk sesuatu yang simetri, namun, “keindahan adalah sesuatu yang lebih irradiates simetri, daripada simetri itu sendiri.”
g.      Menurut Addison datang pada permulaan abad 18 dengan pernyataan bahwa “Rasa ada, bukan untuk menyesuaikan diri dengan seni, tapi justru keberadaan seni itu sendiri adalah untuk sebuah rasa (taste).” Keindahan bukan lagi konsep utama dalam estetika. Sekarang sudah ada faktor lain yang terlibat di dalamnya, pada dasarnya hal ini disebut sebagai persepsi estetika.
h.      Alexander Nehamas menyatakan bahwa, “Keindahan adalah gagasan filosofis yang paling didiskreditkan, sangat didiskreditkan sehingga aku bahkan tidak bisa menemukan kata ini dalam indeks-indeks dari sekian banyak buku filsafat seni, hingga aku harus berkonsultasi untuk menemukan arti keindahan itu sendiri.” Keindahan yang Alexander maksudkan cenderung lebih mengarah ke ciri-ciri masing-masing hal pada waktu yang sama dan memerlukan perbandingan pada waktu yang sama pula.
i.        Menurut Leo Tolstoy pujangga RusiaKeindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa sedang bagi yang melihatnya.
j.        Menurut Humo, pujangga inggris keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang.
k.      Menurut Hamsterhuis, pujangga belanda keindahan adalah sesuatu yang paling banyak mendatangkan rasa senang.
l.        Menurut Baumgarten, pujangga Jerman Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan lainnya.
m.    Menurut shaftesbury, pujangga Jerman keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis.
n.      Menurut Emmanuel Kant Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya.
o.      Menurut Herbet Read keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
p.      Menurut Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual
Dalam buku AN Essay on Man (1954), Ems Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa pemah selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata :
A thing of beuty is a joy forever
its loveliness iscreases; it wil never pass into nothingness
Dia mengatakan bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama lamanya, kemolekannya bertambah dan tidak pemah berlalu ke ketiadaan. Dalam sajak di atas,  keatas mengambil bahannya dari Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno. Endymion dalam mitologi itu sendiri memaparkan penjabaran dari konsep keindahan pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang gembala yang oleh pars dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya tidur, dan tidak pemah diganggu oleh siapapun. Menurut Keats, orang yang mempunyai konsep keindahan hanya tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai negatif capability, yaitu kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya pikiran dan hatinya yang selalu diliputi keresahan.

Nilai Estetik
Dalam teori umum tentang nilai, The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomis, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Masalahnya sekarang ialah apakah nilai estetik itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences diberikan perumusan tentang nilai yang lebih terinci lagi sebagai berikut :
“The believed capacity of any object to satisfy a human desire. The quality of any object which causes it to be on interest to an individual or a group”.
Artinya : Kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan.
Menurut kamus itu selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.

Perbedaan  Nilai Ekstrinsik dan Nilai Instrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value),  yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda ini sendiri.
Contoh :
1.      Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai instrinsik.
2.      Tari,  tarian Damarwulan-minakjinggo suatu Larian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya. Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.

Pengertian Tentang Kontemplasi Dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
  Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, karena derajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan karya seni itu indah, tetapi orang lain mengatakan karya seni itu tidak/kurang indah, karena selera seni berlainan.

Renungan
Renungan adalah hasil dari merenung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  'renung' atau 'merenung' memunyai dua arti: memandang atau diam sambil memikirkan sesuatu. Renungan bermanfat bagi diri sendiri untuk intropeksi diri sendiri agar dapat mengetahui kesalahan dan kekurangan dalam diri kita sendiri. Tujuanya agar kelak suatu saat nanti menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya dan berguna bagi lingkungan sosial

 Teori-Teori dalam Renungan
a.        Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “Aesthetic as Science of Expression and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “Art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individuil yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).
b.      Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita kehidupan duniawi.
c.       Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedangkan  karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperanan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan. Seseorang yang semakin meningkat taraf kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan sehari-hari, kelebihan tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan rangkaian permainan yang imaginatif dan kegiatan yang akhirnya menghasilkan karya seni. Teori permainan tentang seni tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik. Keberatan pokok yang dapat diajukan ialah bahwa permainan merupakan suatu kreasi, padahal seni adalah kegiatan yang serius dan pada dasarnya kreatif.

Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Berikut ini merupakan teori-teori dari keserasian yaitu:
a.       TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
b.      TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.